Anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi)
1. DESKRIPSI ANOA
Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi,
Indonesia. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa
Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah
manusia. Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi tenggara maupun
sulawesi tengah. Sejak tahun 1960-an
berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari
5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya,
tanduknya dan dagingnya.
Hewan
ini menjadi nama Panser produksi dalam negeri PINDAD. Anoa juga menjadi satwa
identitas Provinsi Sulawesi Tenggara. Bentuknya mirip sekali dengan kerbau hanya saja
tanduknya lurus kebelakang
dengan bagian ujung runcing berbeda dari kerbau umumnya yang memiliki tanduk
melengkung ke samping. Tanduk Anoa dapat dijadikan senjata untuk pertahanan
v Persamaan dan Perbedaan Anoa Pegunungan dengan Anoa Dataran Rendah
Kedua jenis anoa ini tidak jauh berbeda, baik
bentuk maupun fisiknya, rata-rata berat anoa antara 150-300 Kg. Anoa berkembang
biak dengan melahirkan anaknya sekali dalam setahun
Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh yang
lebih ramping dibandingkan anoa datarn rendah. Antara Anoa daratan rendah bulunya agak kehitam-hitaman dan nampak agak mengkilat, tubuhnya lebih besar daripada Anoa pegunungan, sedang
Anoa pegunungan warna bulunya agak kecoklatan.
Anoa daratan
rendah hidup di
hutan tropis, anoa
pegunungan hidupnya di sekitar pegunungan. Bentuk bulun dan perawakannya saja yang sedikit berbeda.
2. CIRI-CIRI ANOA
Secara umum,
anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke belakang serta
meruncing dan agak memipih Hewan ini mempunyai daging yang banyak sekali. kedua jenis anoa termasuk binatang liar yang
sangat peka terhadap kehadiran makhluk lain.
Anoa Pegunungan
Panjang dari kepala sampai kaki
122-153 cm, tinggi bahu tidak lebih dari 75 cm, panjang ekor bisa mencapai 27
cm, sedangkan berat ukuran dewasa kurang dari 150 kg. Anoa pegunungan memiliki bulu yang
sangat tebal dan berwarna cokelat gelap atau hitam. Anoa jantan warnanya lebih gelap daripada anoa betina. Ekor relatif pendek. Baik jantan maupun betina memiliki
tanduk yang relatif pendek, lurus, dan sudutnya mengarah kebelakang. Tanduk bisa bertumbuh hingga mencapai
15-20 cm.
Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh yang
lebih ramping dibandingkan anoa datarn rendah. Anoa
Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa, Anoa de Montana, Anoa de
Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle's Anoa. Sedangkan Anoa Dataran Rendah
juga dikenal dengan nama Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.
Anoa Dataran Rendah
Anoa Dataran
Rendah (Bubalus
depressicornis) sering disebut sebagai
Kerbau kecil, karena Anoa memang mirip kerbau, tetapi pendek serta lebih kecil
ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Spesies bernama latin Bubalus depressicornis ini disebut sebagai Lowland Anoa, Anoa
de Ilanura, atau Anoa des Plaines.
Anoa yang menjadi fauna identitasprovinsi
Sulawesi tenggara ini lebih sulit ditemukan dibandingkan anoa pegunungan. Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) mempunyai ukuran tubuh yang
relatif lebih gemuk dibandingkan saudara dekatnya anoa pegunungan (Bubalus quarlesi). Panjang tubuhnya sekitar 150 cm
dengan tinggi sekitar 85 cm. Tanduk anoa dataran rendah panjangnya 40 cm.
Sedangkan berat tubuh anoa dataran rendah mencapai 300 kg.
3. REPRODUKSI
Anoa sulit sekali berkembang biak
karena masa reproduksinya yang lama seperti halnya kerbau. Masa kehamilan
dari 276 hari sampai 315 hari, bayi yang dilahirkan hanya satu ekor, kemampuan
bereproduksi terjadi pada umur 2 tahun hingga 3 tahun. Anoa bisa bertahan hidup
sekitar 20 tahun hingga 25 tahun.
Saat dilahirkan,
bayi anoa bulunya berwarna cokelat keemasan atau kekuningan dan sangat tebal.
Warnanya perlahan akan berubah menjadi lebih gelap seiring dengan
perkembangannya. Anoa dataran rendah dapat hidup hingga mencapai usia 30 tahun yang
matang secara seksual pada umur 2-3 tahun. Masa kehamilannya sendiri sekitar
9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun
telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat
bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia.
4. EKOLOGI DAN HABITAT
Habitat Anoa
adalah dataran rendah atau pegunungan Sulawesi. Anoa pegunungan (Bubalus
quarlesi) lebih ringan daripada Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis).
Mungkin medan yang sulit lebih cocok untuk anoa yang bertubuh ringan. Anoa
dataran rendah memiliki bobot hingga 300 kilogram sedangkan saudaranya Anoa pegunungan dapat mencapai sekitar
setengahnya atau 150 kilogram. Anoa ini tak dapat hidup dan berkembang bila
disekelilingnya ada orang atau hewan lain.
Anoa
pegunungan berhabitat di hutan dataran tinggi hingga mencapai ketinggian 3000
mdpl meskipun terkadang anoa jenis ini terlihat turun ke pantai untuk mencari
garam mineral yang diperlukan dalam proses metabolismenya. Anoa pegunungan
terdapat di pulau Sulawesi dan Pulau Buton di Indonesia . Anoa Pegunungan termasuk dalam kategori hewan hutan hujan, dan memilih
daerah yang terdapat banyak vegetasi, sumber air yang
permanen dan jauh dari jangkauan manusia.
Anoa
pegunungan biasanya mandi di kubangan lumpur, seperti halnya kerbau liar. Hal
ini mungkin dikarenakan ia membutuhkan mineral yang terkandung didalamnya. Anoa Pegunungan sangat aktif di pagi
hari, ia kembali ketempat berlindungnya saat tengah hari. Mereka berlindung dibawah pohon besar
yang tumbang, dibawah batu-batu besar dan di antara akar pohon. Tanduknya digunakan untuk
menyingkirkan ranting atau untuk menggali tanah, dan juga digunakan saat
terjadi pertarungan fisik dengan anoa yang lain untuk memperlihatkan dominansi.
Anoa pegunungan hidup secara soliter atau secara berpasangan.
Anoa dataran rendah hidup
dihabitat mulai dari hutan pantai sampai dengan hutan dataran tinggi dengan
ketinggian 1000 mdpl. Anoa menyukai daerah hutan ditepi sungai atau danau
mengingat satwa langka yang dilindungi ini selain membutuhkan air untuk minum
juga gemar berendam ketika sinar matahari menyengat.
5. MAKANAN
Anoa merupakan hewan herbivora. Makanannya
terdiri dari rumput atau dedaunan, selain
itu ia juga makan jahe, buah-buahan yang tumbuh di habitat mereka, sawit dan juga pakis.
Anoa menunjukkan preferensi
yang tinggi pada jenis makanan berupa daun daripada buah dan umbi. Namun buah
dan umbi juga dimakan tetapi terlebih dahulu makan dedaunan.
Jenis makanan yang biasa
diberikan kepada anoa di KB Ragunan yaitu kangkung, kacang panjang, pisang,
jambu biji, pepaya, jagung dan ubi jalar. Ketika semua jenis makanan itu
diberikan bersamaan, maka kangkung dan kacang panjang dimakan terlebih dahulu,
kemudian buah dan umbi.
6. PREDATOR
Anoa tidak memiliki predator alami, walaupun saat ini yang menjadi ancaman
utamanya adalah manusia. Anoa
biasanya diburu untuk diambil kulit, daging dan tanduknya. Selain itu pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan pertambangan emas juga semakin mengancam
habitat Anoa, karena ia kehilangan habitatnya dan sumber makanannya, serta ia
tidak dapat menyesuaikan diri dengan keberadaan manusia.
Ancaman kepunahan satwa endemik Sulawesi ini lebih
disebabkan oleh deforestasi hutan (pembukaan lahan pertanian dan
pemukiman) dan perburuan yang dilakukan manusia untuk mengambil daging, kulit,
dan tanduknya.
7. STATUS
KONSERVASI
Baik Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi)
maupun Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis)
sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan
dalam binatang dengan status konservasi “Terancam Punah” (Endangered; EN) atau tiga tingkat di bawah status
“Punah”.
Populasi dan
Konservasi.
Anoa semakin hari semakin langka dan sulit ditemukan.
Bahkan dalam beberapa tahun terakhir anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) yang menjadi maskot provinsi
Sulawesi Tenggara tidak pernah terlihat lagi. Karena itu sejak tahun 1986, IUCN
Redlist memasukkan kedua jenis anoa ini dalam status konservasi “endangered”
(Terancam Punah).
Selain itu CITES juga memasukkan kedua satwa langka ini dalam Apendiks I
yang berarti tidak boleh diperjual belikan. Pemerintah Indonesia juga
memasukkan anoa sebagai salah satu satwa yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa.
Beberapa daerah yang masih terdapat satwa langka yang
dilindungi ini antaranya adalah Cagar Alam Gunung Lambusango, Taman Nasional
Lore-Lindu dan TN Rawa Aopa Watumohai (beberapa pihak menduga sudah punah). Pada tahun 2000, masyarakat
Kabupaten Buton dan Konawe Selatan dibantu pihak BKSDA pernah mencoba untuk
membuka penangkaran anoa. Tetapi usaha ini akhirnya gagal lantaran perilaku
anoa yang cenderung tertutup dan mudah merasa terganggu oleh kehadiran manusia
sehingga dari beberapa spesies yang ditangkarkan tidak satupun yang berhasil
dikawinkan.
Tahun 2010 ini, Taman Nasional Lore-Lindu akan mencoba melakukan
penangkaran satwa langka yang dilindungi ini. Semoga niat baik ini dapat
terlaksana sehingga anoa dataran rendah (Bubalus
depressicornis) dan Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi)
dapat lestari dan menjadi kebanggan seluruh bangsa Indonesia seperti halnya
Panser Anoa buatan Pindad.
8. FAKTOR-FAKTOR
YANG MENGANCAM KELESTARIAN ANOA
Pada dasarnya faktor yang sangat signifikan mengancam upaya pelestarian
satwa anoa adalah adanya aktivitas manusia dengan segala bentuknya baik secara
langsung maupun tidak langsung, sadar atau tidak sadar bahkan segaja atau tidak
sengaja, telah mengakibatkan satwa anoa berada pada ambang kepunahan.
Manansang, dkk. (1996) mengatakan juga bahwa faktor lain yang tidak boleh
diabaikan adalah kejadian bencana alam seperti kebakaran hutan, gunung meletus,
bahaya banjir atau angin topan.
Beberapa faktor yang dapat mengancam kepunahan anoa, sebagai berikut :
·
Pemburu Liar (Hunting) dan Perdagangan Anoa
Ilegal
Kegiatan perburuan liar terhadap satwa anoa,
menurut Manansang, dkk.(1996)
merupakan penyebab utama dan secara langsung mengakibatkan
turunnya populasi anoa. Para
pemburu liar anoa ini umumnya di dorong keinginan untuk memperoleh daging,
dalam kasus-kasus tertentu para pemburu liar juga juga menjual hasil buruannya
berupa tengkorak dan auat tanduk. Pada tahun 1970-an pernah dilaporkan
adanya sepasang anoa yang dijual hidup untuk diselundupkan ke luar negeri
dengan harga US$ 3.000,- per ekor.Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
bahwa pada tahun 1970-an pernah ada kasus penjualan anoa hidup yang akan
diselundupkan ke luar negeri. Harga satu ekor anoa saat itu mencapai US$
3.000, jika digunakan kurs dollar Rp. 7.500,- maka harga seekor anoa hidup
benilai Rp. 22.500.000,-.
Bagi mereka yang perhatiannya kurang terhadap upaya
penyelamatan keanekaragaman sumber daya hayati, harga yang ditawarkan diatas akan
men jadi motofasi dan memberikan semangat yang besar untuk menangkap anoa.
Manansang, dkk. (1996) mengatakan bahwa pada toko-toko cendra mata di
daerah Rantepao dan Makale Kabupaten Tanah Toraja sering pula dijual
bagian tubuh anoa, seperti tanduk dan auat tengkorak, tetapi bagian tubuh
anoa tersebut kurang laku, meskipun ditawarkan dengan harga yang cukup murah.
Wisatawan yang kebanyakan berasal dari mancanegara tersebut kurang tertarik
dengan cendra mata dari bagian tubuh anoa. Kenyataan ini tidak mengherankan
mengingat pengetahuan dan kesadaran mereka terhadap keanekaragaman sumber daya
hayati sangat tinggi.
·
Kerusakan/Kehilangan
Habitat yang Sesuai
Hilangnya/rusaknya
habitat yang sesuai untuk kehidupan anoa di dalam kawasan hutan lindung, selain
disebabkan oleh perluasan areal pertanianm, juga banyak diakibatkan oleh adanya
kegiatan di sector pertambangan, dan eksploitasi hutan (khususnya penebangan
kayu). Kondisi ini diperparah lagi dengan masih adanya petani yang
terbiasa hidup dengan cara perladangan berpindah, dimana mereka
menebang dan membakar hutan kemudian ditanami sebagian kecil dari hutan
yang ditebang sebanyak 3 - 4 kali musim tanam, dan selanjutnya ditinggalkan
untuk membuka lahan yang lain. Apabila pemerintah tidak menindak lanjuti,
dikhawatirkan satwa langka ini akan berubah status terancam punah menjadi
status pernah ada.
·
Penyakit
Adanya serangan penyakit
(terutama penyakit menular) menjadi salah satu faktor yang dapat
menurunkan populasi kedua spesies anoa (Grzimek, 1990 dalam Manansang,
dkk. (1996). Sementara itu adanya ternak domestik, bahkan introduksi rusa
ke dalam populasi anoa dapat menimbulkan resiko menularnya berbagai penyakit
pada anoa. Jenis penyakit yang sering diderita oleh ternbak sapi dan
kerbau, ditemukan juga pada satwa anoa yang ditangkarkan, penyakit tersebut
antara lain disebabkan oleh virus misalnya Akabane viral abortion
yang ditularkan memalui gigitan nyamuk, penyakit yang disebabkan oleh bakteri,
seperti Tuberculosis, Streptococcus dan Brucellosis, penyakit yang
disebabkan oleh parasit seperti Strongilus, Ticks dan Ascaris, serta penyakit
yang disebabkan oleh jamur seperti Aspergillus.
9. POPULASI
Sedikit data yang
bisa didapatkan mengenai jumlah populasi pasti dari Anoa Pegunungan. Saat ini diperkirakan jumlah populasi
dari seluruh Anoa Pegunungan sekitar 3000 hingga 5000 ekor. Populasinya menurun dari tahun 1900,
hal ini diakibatkan oleh berkurangnya habitat, perburuan dan
penembakan yang dilakukan oleh militer. Diperkirakan
kurang dari 2.500 ekor individu dewasa. Populasi
dari anoa sudah sangat mengkhawatirkan, karena subpopulasinya yang berada pada
area hutan lindung seperti Taman
Nasional Lore Lindu juga mengalami
penurunan jumlah populasi yang diakibatkan oleh tingginya perburuan. Ada tiga area dimana jumlah populasi
anoa menurun drastis, yaitu diGorontalo, Buol, dan kabupaten
Tolitoli.
10. ADAPTASI
TINGKAH LAKU
·
Pola Aktivitas harian
Anoa menunjukkan pola aktif
bi-phasic, dua fase, baik siang maupun malam hari. Pada siang hari, anoa aktif
pada pagi hari sekitar pukul 6-9. Sedangkan Pada siang hari pukul 11-15, anoa mengurangi
aktivitasnya, berlindung atau istirahat. Satwa ini kembali aktif pada sore hari
sekitar pukul 4-6. Pada malam hari anoa menunjukkan intensitas aktivitas yang
tinggi pada awal malam dan akhir malam. Pola aktivitas anoa di kebun binatang
sesuai dengan di alam, yaitu aktif pada siang dan malam hari. Anoa pegunungan cenderung
lebih aktif pada pagi hari, dan beristirahat saat tengah hari. Ketika
bersemangat, anoa pegunungan mengeluarkan suara “moo”.
·
Posisi tidur
Pada
saat tidur anoa berbaring, kaki depan dan belakang ditekuk, kepala merunduk,
kadang bagian mulut menyentuh tanah, leher dilekukkan ke samping kanan, mata
tertutup.
·
Mandi/berendam
Anoa
menyukai tempat berkubang baik untuk mandi maupun sekedar berendam terutama
pada saat terik matahari. Di KB Ragunan, anoa diamati berendam sekitar 15
menit, tetapi dalam kesempatan lain, dapat berendam selama 1 jam.
Pada
saat berendam air disiramkan ke bagian tubuh yang tidak terkena air menggunakan
kepala yang dikibaskan ke arah samping berulangkali sehingga air mengenai
tubuhnya.
·
Berlindung
Di
alam, anoa memiliki tempat berlindung atau berteduh saat matahari terik atau
ketika hujan lebat. Di KB Ragunan, anoa banyak menghabiskan waktunya di kandang
beratap ketika hujan lebat atau angin kencang disertai petir. Anoa sering berlindung di bawah pohon-pohon besar, di bawah batu
menjorok, dan dalam ruang di bawah akar pohon.
·
Agonistik
Pada
dasarnya anoa adalah satwa pemalu, selalu menghindar dari pertemuan dengan
manusia. Namun dalam kondisi tertentu, anoa dapat berperilaku agresif, terutama
ketika induk punya anak, musim birahi atau anoa yang terluka. Anoa jantan dan
betina yang sudah menempati kandang yang sama cukup lama masih memperlihatkan
perilaku agresif satu dengan lainnya, yaitu dengan cara Anoa jantan dan betina
saling menanduk
·
Menjilat dan menggaruk tubuh
Anoa
menjilat tubuhnya sendiri dan tubuh pasangannya. Anoa jantan menjilati bagian
genital anoa betina, dan sebaliknya anoa betina menjilati genitalia anoa
jantan. Perilaku ini juga sering diamati pada saat anoa betina membuang air
seni, bahkan air seni yang jatuh ke tanah atau lantai kandang juga dicium oleh
anoa jantan. Perilaku saling menjilat tubuh pasangan juga diamati pada saat
berbaring istirahat.
Menggaruk
bagian kepala dilakukan menggunakan kuku kaki belakang, baik kiri maupun kanan.
Selain kuku, ujung tanduk juga digunakan untuk menggaruk bagian tubuh, yang
mungkin terasa gatal.
·
Perilaku lain
Anoa
selalu mengibaskan ekornya ke kiri dan ke kanan untuk mengusir serangga dari
tubuhnya, dilakukan baik pada waktu makan atau berdiri istirahat.
Perilaku
lain yaitu anoa sering menjulurkan lidah ke arah hidung berulang kali. Seperti
halnya hewan ungulata umumnya, bagian depan hidung senantiasa basah oleh
kelenjar yang dikeluarkannya sendiri.
·
Menanduk
Anoa
seringkali dijumpai menggosok tanduk di pohon, di
tanah atau di pagar. Tanduk anoa digunakan untuk menyibak
semak-semak atau menggali tanah Benjolan permukaan depan tanduk digunakan untuk
menunjukkan dominasi, sedangkan pada saat perkelahian, bagian ujung yang tajam
menusuk ke atas digunakan dalam upaya untuk melukai lawan. Apabila menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur
ke rawa-rawa atau apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduk.
0 komentar:
Posting Komentar