Feeds RSS

Rabu, 16 Oktober 2013

Info Hewan



1. DESKRIPSI ANOA
Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi tenggara maupun sulawesi tengah. Sejak tahun 1960-an berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Hewan ini menjadi nama Panser produksi dalam negeri PINDAD. Anoa juga menjadi satwa identitas Provinsi Sulawesi Tenggara. Bentuknya mirip sekali dengan kerbau hanya saja tanduknya lurus kebelakang dengan bagian ujung runcing berbeda dari kerbau umumnya yang memiliki tanduk melengkung ke samping. Tanduk Anoa dapat dijadikan senjata untuk pertahanan
v  Persamaan dan Perbedaan Anoa Pegunungan dengan Anoa Dataran Rendah
Kedua jenis anoa ini tidak jauh berbeda, baik bentuk maupun fisiknya, rata-rata berat anoa antara 150-300 Kg. Anoa berkembang biak dengan melahirkan anaknya sekali dalam setahun
Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh yang lebih ramping dibandingkan anoa datarn rendah. Antara Anoa daratan rendah bulunya agak kehitam-hitaman dan nampak agak mengkilat, tubuhnya lebih besar daripada Anoa pegunungan, sedang Anoa pegunungan warna bulunya agak kecoklatan.
Anoa daratan rendah hidup di hutan tropis, anoa pegunungan hidupnya di sekitar pegunungan. Bentuk bulun dan perawakannya saja yang sedikit berbeda.

2. CIRI-CIRI ANOA
Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke belakang serta meruncing dan agak memipih Hewan ini mempunyai daging yang banyak sekali. kedua jenis anoa termasuk binatang liar yang sangat peka terhadap kehadiran makhluk lain.

Anoa Pegunungan

Panjang dari kepala sampai kaki 122-153 cm, tinggi bahu tidak lebih dari 75 cm, panjang ekor bisa mencapai 27 cm, sedangkan berat ukuran dewasa kurang dari 150 kg. Anoa pegunungan memiliki bulu yang sangat tebal dan berwarna cokelat gelap atau hitam. Anoa jantan warnanya lebih gelap daripada anoa betina. Ekor relatif pendek. Baik jantan maupun betina memiliki tanduk yang relatif pendek, lurus, dan sudutnya mengarah kebelakang. Tanduk bisa bertumbuh hingga mencapai 15-20 cm.
Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh yang lebih ramping dibandingkan anoa datarn rendah. Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa, Anoa de Montana, Anoa de Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle's Anoa. Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga dikenal dengan nama Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.
Anoa Dataran Rendah

Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sering disebut sebagai Kerbau kecil, karena Anoa memang mirip kerbau, tetapi pendek serta lebih kecil ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Spesies bernama latin Bubalus depressicornis ini disebut sebagai Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.
Anoa yang menjadi fauna identitasprovinsi Sulawesi tenggara ini lebih sulit ditemukan dibandingkan anoa pegunungan. Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) mempunyai ukuran tubuh yang relatif lebih gemuk dibandingkan saudara dekatnya anoa pegunungan (Bubalus quarlesi). Panjang tubuhnya sekitar 150 cm dengan tinggi sekitar 85 cm. Tanduk anoa dataran rendah panjangnya 40 cm. Sedangkan berat tubuh anoa dataran rendah mencapai 300 kg.

3. REPRODUKSI
Anoa sulit sekali berkembang biak karena masa reproduksinya yang lama seperti halnya kerbau. Masa kehamilan dari 276 hari sampai 315 hari, bayi yang dilahirkan hanya satu ekor, kemampuan bereproduksi terjadi pada umur 2 tahun hingga 3 tahun. Anoa bisa bertahan hidup sekitar 20 tahun hingga 25 tahun.
Saat dilahirkan, bayi anoa bulunya berwarna cokelat keemasan atau kekuningan dan sangat tebal. Warnanya perlahan akan berubah menjadi lebih gelap seiring dengan perkembangannya. Anoa dataran rendah dapat hidup hingga mencapai usia 30 tahun yang matang secara seksual pada umur 2-3 tahun. Masa kehamilannya sendiri sekitar 9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia.

4. EKOLOGI DAN HABITAT
Habitat Anoa adalah dataran rendah atau pegunungan Sulawesi. Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) lebih ringan daripada Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Mungkin medan yang sulit lebih cocok untuk anoa yang bertubuh ringan. Anoa dataran rendah memiliki bobot hingga 300 kilogram sedangkan saudaranya Anoa pegunungan dapat mencapai sekitar setengahnya atau 150 kilogram. Anoa ini tak dapat hidup dan berkembang bila disekelilingnya ada orang atau hewan lain.
Anoa pegunungan berhabitat di hutan dataran tinggi hingga mencapai ketinggian 3000 mdpl meskipun terkadang anoa jenis ini terlihat turun ke pantai untuk mencari garam mineral yang diperlukan dalam proses metabolismenya. Anoa pegunungan terdapat di pulau Sulawesi dan Pulau Buton di Indonesia . Anoa Pegunungan termasuk dalam kategori hewan hutan hujan, dan memilih daerah yang terdapat banyak vegetasi, sumber air yang permanen dan jauh dari jangkauan manusia.
Anoa pegunungan biasanya mandi di kubangan lumpur, seperti halnya kerbau liar. Hal ini mungkin dikarenakan ia membutuhkan mineral yang terkandung didalamnya. Anoa Pegunungan sangat aktif di pagi hari, ia kembali ketempat berlindungnya saat tengah hari. Mereka berlindung dibawah pohon besar yang tumbang, dibawah batu-batu besar dan di antara akar pohon. Tanduknya digunakan untuk menyingkirkan ranting atau untuk menggali tanah, dan juga digunakan saat terjadi pertarungan fisik dengan anoa yang lain untuk memperlihatkan dominansi. Anoa pegunungan hidup secara soliter atau secara berpasangan.
Anoa dataran rendah hidup dihabitat mulai dari hutan pantai sampai dengan hutan dataran tinggi dengan ketinggian 1000 mdpl. Anoa menyukai daerah hutan ditepi sungai atau danau mengingat satwa langka yang dilindungi ini selain membutuhkan air untuk minum juga gemar berendam ketika sinar matahari menyengat.

5. MAKANAN
Anoa merupakan hewan herbivora. Makanannya terdiri dari rumput atau dedaunan, selain itu ia juga makan jahe, buah-buahan yang tumbuh di habitat mereka, sawit dan juga pakis.
 Anoa menunjukkan preferensi yang tinggi pada jenis makanan berupa daun daripada buah dan umbi. Namun buah dan umbi juga dimakan tetapi terlebih dahulu makan dedaunan.
Jenis makanan yang biasa diberikan kepada anoa di KB Ragunan yaitu kangkung, kacang panjang, pisang, jambu biji, pepaya, jagung dan ubi jalar. Ketika semua jenis makanan itu diberikan bersamaan, maka kangkung dan kacang panjang dimakan terlebih dahulu, kemudian buah dan umbi.


6. PREDATOR
Anoa tidak memiliki predator alami, walaupun saat ini yang menjadi ancaman utamanya adalah manusia. Anoa biasanya diburu untuk diambil kulit, daging dan tanduknya. Selain itu pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan pertambangan emas juga semakin mengancam habitat Anoa, karena ia kehilangan habitatnya dan sumber makanannya, serta ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keberadaan manusia.
Ancaman kepunahan satwa endemik Sulawesi ini lebih disebabkan oleh deforestasi hutan (pembukaan lahan pertanian dan pemukiman) dan perburuan yang dilakukan manusia untuk mengambil daging, kulit, dan tanduknya.

7. STATUS KONSERVASI
Baik Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam binatang dengan status konservasi “Terancam Punah” (Endangered; EN) atau tiga tingkat di bawah status “Punah”.
Populasi dan Konservasi. 
Anoa semakin hari semakin langka dan sulit ditemukan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) yang menjadi maskot provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah terlihat lagi. Karena itu sejak tahun 1986, IUCN Redlist memasukkan kedua jenis anoa ini dalam status konservasi “endangered” (Terancam Punah).
Selain itu CITES juga memasukkan kedua satwa langka ini dalam Apendiks I yang berarti tidak boleh diperjual belikan. Pemerintah Indonesia juga memasukkan anoa sebagai salah satu satwa yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Beberapa daerah yang masih terdapat satwa langka yang dilindungi ini antaranya adalah Cagar Alam Gunung Lambusango, Taman Nasional Lore-Lindu dan TN Rawa Aopa Watumohai (beberapa pihak menduga sudah punah). Pada tahun 2000, masyarakat Kabupaten Buton dan Konawe Selatan dibantu pihak BKSDA pernah mencoba untuk membuka penangkaran anoa. Tetapi usaha ini akhirnya gagal lantaran perilaku anoa yang cenderung tertutup dan mudah merasa terganggu oleh kehadiran manusia sehingga dari beberapa spesies yang ditangkarkan tidak satupun yang berhasil dikawinkan.
Tahun 2010 ini, Taman Nasional Lore-Lindu akan mencoba melakukan penangkaran satwa langka yang dilindungi ini. Semoga niat baik ini dapat terlaksana sehingga anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dapat lestari dan menjadi kebanggan seluruh bangsa Indonesia seperti halnya Panser Anoa buatan Pindad.
8. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGANCAM KELESTARIAN ANOA

Pada dasarnya faktor yang sangat signifikan mengancam upaya pelestarian satwa anoa adalah adanya aktivitas manusia dengan segala bentuknya baik secara langsung maupun tidak langsung, sadar atau tidak sadar bahkan segaja atau tidak sengaja, telah mengakibatkan satwa anoa berada pada ambang kepunahan. Manansang, dkk. (1996) mengatakan juga bahwa faktor lain yang tidak boleh diabaikan adalah kejadian bencana alam seperti kebakaran hutan, gunung meletus, bahaya banjir atau angin topan.
Beberapa faktor yang dapat mengancam kepunahan anoa, sebagai berikut :
·         Pemburu Liar (Hunting) dan Perdagangan Anoa Ilegal
Kegiatan perburuan liar terhadap satwa anoa, menurut Manansang, dkk.(1996) merupakan penyebab utama dan secara langsung mengakibatkan turunnya populasi anoa. Para pemburu liar anoa ini umumnya di dorong keinginan untuk memperoleh daging, dalam kasus-kasus tertentu para pemburu liar juga juga menjual hasil buruannya berupa tengkorak dan auat tanduk.  Pada tahun 1970-an pernah dilaporkan adanya sepasang anoa yang dijual hidup untuk diselundupkan ke luar negeri dengan harga US$ 3.000,- per ekor.Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa pada tahun 1970-an pernah ada kasus penjualan anoa hidup yang akan diselundupkan ke luar negeri.  Harga satu ekor anoa saat itu mencapai US$ 3.000, jika digunakan kurs dollar Rp. 7.500,- maka harga seekor anoa hidup benilai Rp. 22.500.000,-.  
Bagi mereka yang perhatiannya kurang terhadap upaya penyelamatan keanekaragaman sumber daya hayati, harga yang ditawarkan diatas akan men jadi motofasi dan memberikan semangat yang besar untuk menangkap anoa.  Manansang, dkk. (1996) mengatakan bahwa pada toko-toko cendra mata di daerah Rantepao dan Makale Kabupaten Tanah Toraja sering pula dijual  bagian tubuh anoa, seperti tanduk dan auat tengkorak, tetapi bagian tubuh anoa tersebut kurang laku, meskipun ditawarkan dengan harga yang cukup murah. Wisatawan yang kebanyakan berasal dari mancanegara tersebut kurang tertarik dengan cendra mata dari bagian tubuh anoa. Kenyataan ini tidak mengherankan mengingat pengetahuan dan kesadaran mereka terhadap keanekaragaman sumber daya hayati sangat tinggi.
·         Kerusakan/Kehilangan Habitat yang Sesuai
Hilangnya/rusaknya habitat yang sesuai untuk kehidupan anoa di dalam kawasan hutan lindung, selain disebabkan oleh perluasan areal pertanianm, juga banyak diakibatkan oleh adanya kegiatan di sector pertambangan, dan eksploitasi hutan (khususnya penebangan kayu).  Kondisi ini diperparah lagi dengan masih adanya petani yang terbiasa hidup dengan cara perladangan  berpindah, dimana  mereka menebang  dan membakar hutan kemudian ditanami sebagian kecil dari hutan yang ditebang sebanyak 3 - 4 kali musim tanam, dan selanjutnya ditinggalkan untuk membuka lahan yang lain.  Apabila pemerintah tidak menindak lanjuti, dikhawatirkan satwa langka ini akan berubah status terancam punah menjadi status pernah ada.

·         Penyakit
Adanya serangan penyakit (terutama penyakit menular) menjadi     salah satu faktor yang dapat menurunkan populasi kedua spesies anoa  (Grzimek, 1990 dalam Manansang, dkk. (1996).  Sementara itu adanya ternak domestik, bahkan introduksi rusa ke dalam populasi anoa dapat menimbulkan resiko menularnya berbagai penyakit pada anoa.  Jenis penyakit yang sering diderita oleh ternbak sapi dan kerbau, ditemukan juga pada satwa anoa yang ditangkarkan, penyakit tersebut antara lain  disebabkan oleh virus  misalnya Akabane viral abortion yang ditularkan memalui gigitan nyamuk, penyakit yang disebabkan oleh bakteri, seperti Tuberculosis, Streptococcus dan  Brucellosis, penyakit yang disebabkan oleh parasit seperti Strongilus, Ticks dan Ascaris, serta penyakit yang disebabkan oleh jamur seperti Aspergillus.

9. POPULASI
Sedikit data yang bisa didapatkan mengenai jumlah populasi pasti dari Anoa Pegunungan. Saat ini diperkirakan jumlah populasi dari seluruh Anoa Pegunungan sekitar 3000 hingga 5000 ekor. Populasinya menurun dari tahun 1900, hal ini diakibatkan oleh berkurangnya habitat, perburuan dan penembakan yang dilakukan oleh militer. Diperkirakan kurang dari 2.500 ekor individu dewasa. Populasi dari anoa sudah sangat mengkhawatirkan, karena subpopulasinya yang berada pada area hutan lindung seperti Taman Nasional Lore Lindu juga mengalami penurunan jumlah populasi yang diakibatkan oleh tingginya perburuan. Ada tiga area dimana jumlah populasi anoa menurun drastis, yaitu diGorontalo, Buol, dan kabupaten Tolitoli.

10. ADAPTASI TINGKAH LAKU
·         Pola Aktivitas harian
Anoa menunjukkan pola aktif bi-phasic, dua fase, baik siang maupun malam hari. Pada siang hari, anoa aktif pada pagi hari sekitar pukul 6-9. Sedangkan Pada siang hari pukul 11-15, anoa mengurangi aktivitasnya, berlindung atau istirahat. Satwa ini kembali aktif pada sore hari sekitar pukul 4-6. Pada malam hari anoa menunjukkan intensitas aktivitas yang tinggi pada awal malam dan akhir malam. Pola aktivitas anoa di kebun binatang sesuai dengan di alam, yaitu aktif pada siang dan malam hari. Anoa pegunungan cenderung lebih aktif pada pagi hari, dan beristirahat saat tengah hari. Ketika bersemangat, anoa pegunungan mengeluarkan suara “moo”.
·         Posisi tidur
Pada saat tidur anoa berbaring, kaki depan dan belakang ditekuk, kepala merunduk, kadang bagian mulut menyentuh tanah, leher dilekukkan ke samping kanan, mata tertutup.



·         Mandi/berendam
Anoa menyukai tempat berkubang baik untuk mandi maupun sekedar berendam terutama pada saat terik matahari. Di KB Ragunan, anoa diamati berendam sekitar 15 menit, tetapi dalam kesempatan lain, dapat berendam selama 1 jam.
Pada saat berendam air disiramkan ke bagian tubuh yang tidak terkena air menggunakan kepala yang dikibaskan ke arah samping berulangkali sehingga air mengenai tubuhnya.

·         Berlindung
Di alam, anoa memiliki tempat berlindung atau berteduh saat matahari terik atau ketika hujan lebat. Di KB Ragunan, anoa banyak menghabiskan waktunya di kandang beratap ketika hujan lebat atau angin kencang disertai petir. Anoa sering berlindung di bawah pohon-pohon besar, di bawah batu menjorok, dan dalam ruang di bawah akar pohon.

·         Agonistik
Pada dasarnya anoa adalah satwa pemalu, selalu menghindar dari pertemuan dengan manusia. Namun dalam kondisi tertentu, anoa dapat berperilaku agresif, terutama ketika induk punya anak, musim birahi atau anoa yang terluka. Anoa jantan dan betina yang sudah menempati kandang yang sama cukup lama masih memperlihatkan perilaku agresif satu dengan lainnya, yaitu dengan cara Anoa jantan dan betina saling menanduk

·         Menjilat dan menggaruk tubuh
Anoa menjilat tubuhnya sendiri dan tubuh pasangannya. Anoa jantan menjilati bagian genital anoa betina, dan sebaliknya anoa betina menjilati genitalia anoa jantan. Perilaku ini juga sering diamati pada saat anoa betina membuang air seni, bahkan air seni yang jatuh ke tanah atau lantai kandang juga dicium oleh anoa jantan. Perilaku saling menjilat tubuh pasangan juga diamati pada saat berbaring istirahat.
Menggaruk bagian kepala dilakukan menggunakan kuku kaki belakang, baik kiri maupun kanan. Selain kuku, ujung tanduk juga digunakan untuk menggaruk bagian tubuh, yang mungkin terasa gatal.

·         Perilaku lain
Anoa selalu mengibaskan ekornya ke kiri dan ke kanan untuk mengusir serangga dari tubuhnya, dilakukan baik pada waktu makan atau berdiri istirahat.
Perilaku lain yaitu anoa sering menjulurkan lidah ke arah hidung berulang kali. Seperti halnya hewan ungulata umumnya, bagian depan hidung senantiasa basah oleh kelenjar yang dikeluarkannya sendiri.

·         Menanduk
     Anoa seringkali dijumpai menggosok tanduk di pohon, di tanah atau di pagar. Tanduk anoa digunakan untuk menyibak semak-semak atau menggali tanah Benjolan permukaan depan tanduk digunakan untuk menunjukkan dominasi, sedangkan pada saat perkelahian, bagian ujung yang tajam menusuk ke atas digunakan dalam upaya untuk melukai lawan. Apabila menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa atau apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduk.

0 komentar:

Posting Komentar